Minggu, 02 Mei 2010

PERKEMBANGAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN JIWA
MENTAL ILLNESS
“An illness with psychological or behavioral manifestations and or impairment infunctioning due to a social, psychologic, generic, physical / chemical, or biologic disturbance”( Stuard & Sundeen 1998 )
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak terjadi ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa merupakan kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut Yahoda, kesehatan jiwa adalah keadaan yg dinamis yang mengandung pengertian positif, yang dapat dilihat dari adanya kenormalan tingkah laku, keutuhan kepribadian, pengenalan yang benar dari realitas dan bukan hanya merupakan keadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa.




EVOLUSI PERAWATAN KESEHATAN JIWA
1. 1920-1945 : Care fokus pada disease (model Curative Care)
2. 1950-1960 :
1. Pelayanan mulai berfokus pada klien, anggota keluarga tidak dianggap sebagai bagian dari tim perawatan
2. Psychotropic menggantikan Restrains dan Seclusion
3. Deinstitutionalization dimulai, mereka bukan partisipan aktif dala perawatan dan pengobatan kesehatan mereka sendiri
4. Mulai penekanan pada therapeutic relationship
5. Fokus utama pada primary preventive
6. Perawatan kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah) yang biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat.
7. Lama rawat seorang klien biasanya cukup lama.
3. 1960 – 1970 :
Pergerakan Hak-Hak Sipil (The Civil Rights) di 1960-an merupakan katalis untuk berfokus pada hak-hak penderita gangguan jiwa.
1. The Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis memengaruhi pemberian pelayanan kesehatan jiwa.
2. Undang-Undang inilah yang menyebabkan fokus dan pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-pusat kesehatan jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan dan mencakup layanan berikut ini:
a. Rawat darurat: pengkajian dan pemberian perawatan yang tepat dan cepat.
b. Rawat inap 24 jam: perawatan berbasis rumah sakit untuk stbilisasi gejala (mis., perawatan jangka pendek).
c. Hospitalisasi parsial: program perawatan untuk individu yang memerlukan perawatan harian, tetapi bukan perawatan 24 jam. Klien datang selama 6 sampai 8 jam per hari dan berpartisipasi dalam berbagai terapi (mis., terapi kelompok atau individu, pelatihan keterampilan social).
d. Rawat jalan: pengkajian, psikoterapi, dan penatalaksanaan pengobatan, klien datang 1 sampai 2 jam per minggu.
e. Konsultasi dan pendidikan: outreach program untuk kelompok komunitas yang membahas tentang topic-topik kesehatan jiwa, misalnya pelatihan untuk para majikan dalam membantu karyawan mereka yang bermasalah dengan alcohol.
4. 1773 :
Custodial Care (tidak oleh tenaga kesehatan)Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan.
5. 1970-1980 :
1. Perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka panjang ke lama rawat yang lebih singkat
2. Fokus pada community based care / service (Pengobatan berbasis komunitas)
3. Riset & Technology
4. Populasi klien di rumah sakit jiwa yang besar berkurang, dan banyak rumah sakit yang ditutup
5. Pusat-pusat kesehatan komunitas jiwa sering tidak mampu menyediakan layanan akibat bertambahnya jumlah klien
6. Tunawisma menjadi masalah bagi penderita penyakit mental kronik persisten yang mengalami kekurangan sumber daya keluarga dan dukungan social yang adekuat.
6. 1980 - 1990.
Biaya perawatan kesehatan yang tinggi dan kebutuhan pembatasan biaya menjadi focus nasional.
1. Sistem managed care, mengatur hubungan antara pembayar, penyedia jasa, dan konsumen layanan kesehatan.
a. Sistem ini memantau distribusi pelayanan, tindakan penyedia jasa, dan hasil perawatan.
b. Tujuan dari sistem ini adalah mengurangi biaya sambil tetap meningkatkan mutu pelayanan
c. Hubungan antara penyedia jasa dan pengguna layanan tidak lagi bersifat primer. Manajer dan pihak asuransi kesehatan memantau hubungan antara penyedia jasa dan konsumen layanan kesehatan.
2. Jenis-jenis sistem managed care meliputi:
a. Health maintenance organizations (HMO), menawarkan dana yang telah ditetapkan sebelumnya bagi klien di populasi tertentu sebagai pembayaran atas layanan kesehatan yang diberikan penyedia jasa selama jangka waktu tertentu.
b. Organisasi praktik mandiri, tempat kelompok-kelompok penyedia layanan kesehatan mengadakan kontrak dengan HMO.
c. Organisasi Penyedia Jasa Terpilih (Preferred Provider Organizations [PPOI]), kelompok-kelompok penyedia jasa yang telah disetujui HMO tertentu untuk memberikan layanan pada pupolasi kliennya.
7. 1882 :
Primary Consistend of Custodial Care
8. 1990-2000 :
Fokus pada preventif / community based service, primary preventive using various approaches; such as mental health center, partical, hospital service, day care center, home health and hospice care
Perubahan-perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan jiwa.
1. Managed care menghubungkan struktur dan layanan baru.
a. Manajemen kasus. Seorang manajer kasus ditugaskan untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama dengan tim multidisipliner.
b. Jalur kritis dan peta perawatan. Alat-alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi, urutan dan waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan yang teridentifikasi pada klien.
c. Perawatan komunitas berbasis populasi. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan primer (bukan hanya perawatan berbasis penyakit); mencakup identifikasi kelompok-kelompok berisiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.
2. Tempat alternatif memberikan pengobatan di lingkungan yang paling tidak restriktif. Perawatan dan pengobatan berbasis komunitas ditujukan pada pencegahan tersier, yang dirancang untuk mengurangi keparahan masalah kesehatan mental dan membantu seseorang untuk hidup dengan kapasitas fungsi setinggi mungkin.
Tempat untuk pengobatan alternatif adalah sebagai berikut:
a. Pusat kesehatan jiwa dan pusat krisis komunitas
b. Unit-unit psikiatrik rawat inap jangka pendek di rumah sakit komunitas
c. Hospitalisasi parsial dan program day-care
d. Program pengobatan residensial di halfway house, board-and-care homes, dan panti
e. Mobile crisis unit dan rumah singgah untuk tunawisma
f. Program clubhouse memberi layanan transisi untuk meningkatkan kehidupan komunitas yang mandiri
g. Penjara dan Rumah-rumah perawatan
3. Amerika dengan Disabilities Act (1990) membantu memastikan bahwa penderita cacat, termasuk penderita gangguan jiwa, dapat berpatisipasi penuh dalam kegiatan ekonomi dan social masyarakat.
4. Pertumbuhan pergerakan konsumen
a. Organisasi-organisasi seperti the National Alliance of Mentally III, menghapus stigma gangguan jiwa dan member dukungan komunitas setempat bagi penderita ganguan jiwa dan keluarganya.
b. Organisasi-organisasi melakukan lobi untuk meningkatkan dana penelitian dan pengobatan gangguan jiwa
5. Pengetahuan tentang struktur dan fungsi otak
a. Tahun 1990-an dianggap sebagai “Dekade Otak” karena pertumbuhan pesat pengetahuan tentang cara kerja otak.
b. Seiring dengan kemajuan genetika, pengetahuan yang dihasilhan telah membentuk kembali pemahaman tentang penyebab dan pengobatan gangguan jiwa.











PERKEMBANGAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN JIWA
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

Pencegahan primer

Penanganan multidisiplin

Spesialisasi keperawatan jiwa
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.


5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.


3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.







Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :
 pencacaran umum
 cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
 kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.







DAFTAR PUSTAKA
http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/09/sejarah-perkembangan-keperawatan-di-dunia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar