Rabu, 07 Juli 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS
Dosen Pengampu : Suyamto,S.SIT.,MPH


Disusun Oleh :
1. XXXXXXXXXX








AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2010
TERMINOLOGI
1. Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
2. Appendicitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing)
3. Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.
4. Ansietas/Cemas adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik.
5. Gangren adalah kematian jaringan, biasanya berhubungan dengan berhentinya aliran darah ke daerah yang terkena.
6. Komunikasi
a. Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
b. Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
c. Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
d. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Hovland, Janis & Kelley:1953
e. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Berelson dan Stainer, 1964
f. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
Lasswell, 1960
g. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Gode, 1959
h. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Barnlund, 1964
i. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Ruesch, 1957
j. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Weaver, 1949
k. Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
7. Persepsi
a. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
b. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).
c. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu (Bower).
d. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).
e. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
f. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadaplingkungan oleh seorang individu (Krech).
g. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
8. Leaflet yaitu media untuk meyakinkan seseorang, kelompok atau massa untuk mengenal, memahami suatu permasalahan berupa selebaran kertas.
9. Operasi yaitu tindakan medis dengan cara pembedahan secara steril untuk mengambil atau menghilangkan suatu penyakit.
IDENTIFIKASI MASALAH
Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

Tanda dan Gejala Ansietas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

Tingkatan Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
 Ketegangan otot ringan.
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung.

b. Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

c. Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
c. Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah






Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.





Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.


Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).



Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.



3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
g. Terapi psikoreligius, untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.



DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :
a. Terpapar racun
b. Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.
c. Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.
d. Kebutuhan tidak terpenuhi
e. Transmisi interpersonal
f. Krisis situasional atau maturasional
g. Ancaman kematian
h. Ancaman terhadap konsep diri
i. Stress
j. Substance abuse
k. Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi.
l. Fungsi peran
m. Lingkungan status ekonomi

Menurut Suliswati (2005), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan ansietas adalah :
a. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.
b. Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan.
c. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial.
d. Ketidakefektifan koping individu berhubung dengan kematian saudara




MAPPING/POHON MASALAH

Minggu, 04 Juli 2010

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ALAM PERASAAN
DEPRESI
I. Kasus (Masalah Utama)
1. Gangguan alam perasaan : Depresi
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan, (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Dadang Hawari, 2001)
Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung tidak bersemangat, merasa tak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan tak ada harapan berpusat pada kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh diri klien tidak berniat pada pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi Anna Kaliat, 1996)

2. Tanda dan gejala
a. Psikologik
 rasa susah
 murung
 sedih
 putus asa
 tidak bahagia
b. Somatik
 Anoreksia
 Konstipasi
 Kulit lembab (rasa dingin)
 Tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun
B. Penyebab
Depresi berhubungan dengan koping individu yang maladaptif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika kopping individu itu tidak efektif maka individu tidak bisa menghindari distress yang hebat, sehingga menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan.

C. Akibat
Resiko mencederai Diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang terjadi akibat mengalami kesedihan yang panjang, Individu yang mengalami depresi akan mengalami Gangguan tidur, kelesuan fisik, hilangnya nafsu makan dan penyakit fisik yang ringan,selain itu dari segi emosional individu cenderung merasa Kehilangan kasih sayang, kesedihan, hilangnya kekuatan, hilangnya konsentrasi, rasa bersalah, permusuhan dan hilangnya harapan.Untuk melampiaskan hal tersebut maka individu akan cenderung banyak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi, menyalahkan diri sendiri dan yang lebih membahayakan mencederai diri sendiri.
III. POHON MASALAH
A. Pohon Masalah


Akibat

Core Problem

Penyebab


B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Resiko Mencederai diri
Data yang perlu dikaji:
• Bingung
• Pelupa
• Mudah marah
• Merasa jengkel pada orang lain
• Ingin membakar
• Merusak lingkungan sekitar
• Ada pikiran untuk membunuh
• Mengamuk
• Melakukan tindakan kekerasan
2. Gangguan alam perasaan:depresi
Data yang perlu dikaji:
• Tidak mampu mengutarakan pendapat sendiri
• Malas
• Sering menegemukakan keluhan somatic
• Merasa putus asa
• Ekspresi wajah yang murung
• Tidak ada nafsu makan
• Mudah tersinggung
• Konsentrasi terganggu
• Sukar tidur
3. Koping Maladaptif
Data yang perlu dikaji:
• Tidak ada harapan
• Merasa sedih
• Gelisah
• Mudah marah
• Mudah putus asa
• Merasa tidak bahagia
• Merasa tidak berdaya

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
TUM : Klien tidak mencederai diri.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat menggunakan koping adaptif dalam mengatasi masalah
a. Kriteria Hasil :
2.1. Klien mampu menggunakan kopping secara efektive untuk menghindari resiko mencederai diri.
b. Intervensi
• Diskusikan kopping yang biasa dilakukan individu saaat menghadapi suatu masalah.
• Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative dan memotong pembicaraaan.
• Utamakan member pujian yang realistic.
TUK 3 : Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
a. Kriteria evaluasi :
Klien dapat terhindar dari perilaku mencederai diri
b. Intervensi:
• Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
• Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
• Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

TUK 4 : Klien dapat meningkatkan harga diri
a. Kriteria Evaluasi:
Klien dapat lebih menghargai dirinya.
b. Intervensi:
• Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
• Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
• Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, k eyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
TUK 5 : Klien dapat menggunakan dukungan sosial
a. Kriteria Evaluasi:
Klien lebih mampu meningkatkan harga dirinya dengan dukungan social dari sekitar
b. Intervensi:
• Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
• Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
• Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
TUK 6 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
a. Kriteria Evaluasi:
b. Intervensi:
• Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
• Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
• Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
• Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAAWATAN I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien ,
klien merasa tidak bahagia, putus asa, tidak ada harapan,sulit berkomunikasi, malas berbicara, tidak ada tujuan hidup, dan cenderung ingin bunuh diri.
2. Diagnosa Keperawatan
mencederai Resiko Diri berhubungan dengan Depresi
3. Tujuan Khusus
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menggunakan kopping adaptif dalam mengatasi masalah
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina Hubungan saling Percaya
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan Diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasara klien.
b. Klien dapat menggunakan kopping yang adaptif dalam mengatasi masalah.
1) Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2) Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
3) Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
4) Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
5) Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
6) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7) Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapetik
Selamat pagi pak/bu,perkenalakan nama saya…..bapak bisa memanggil saya cukup dengan ……saja,kalau boleh tahu nama bapak/ibu siapa?Lalu saya dapat memanggil bapak/ibu bagaimana?baiklah kalau begitu mbak,di sini saya akan menemani bapak/ibu sambil berbincang-bincang sedikit dan saya siap mendengarkan apa yang akan bpk/ibu katakana selama kita disini nanti.

b. Evaluasi/Validasi
Tapi sebelumnya kalau boleh tahu bagaimana perasaan mbak hari ini?Disini saya sangat ingin sekali membantu menyelesaikan masalah bapak/ibu dan saya harap bapak/ibu mau untuk dapat bekerja sama dengan saya.Jika bapak/ibu yakin dengan saya maka kita pasti dapat mencari jalan keluar dari masalah yang sedang ibu hadapi saat ini.Kalau ibu sudah percaya dengan saya,coba sekarang ibu mulai berbicara tentang apa yang dirasakan saat ini sehingga dapat sampai di tempat ini?
c. Kontrak
Pak/Bu bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang cara bapak/ibu dalam menghadapi suatu masalah?dimana kita akan membicrakannya Pak/Bu?kira-kira ibu ingin berapa lama kita membicarakannya dan dimana tempatnya? Nah kalu begitu kita berbicara ditaman selama ± 15 menit.
2. Fase Kerja
Nah Bapak/ibu selama ini apa saja cara yang dilakukan untuk mengatasi hal-hal tersebut…
Bagus sekali ternyata bapak/ibu mempunyai banyak cara untuk mengatasinya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Apa yang bapak/ibu rasakan setelah kita bincang-bincang selama 15 menit tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Setelah ini kita akan berbicara mengenai kemampuan atau cara yang masih bisa bapak/ibuk gunakan dalam menghadapi masalah.”
c. Kontrak
“Baiklah bapak/ibu, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai disini,kira-kira jam berapa kita bertemu lagi? Tempatnya dimana?”
“Baiklah mbak bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 11 selama + 20 menit.”

TARATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II
A. Proses Keperawatan
1.Kondisi Klien
klien merasa tidak bahagia, putus asa, tidak ada harapan,sulit berkomunikasi, malas berbicara, tidak ada tujuan hidup, dan cenderung ingin bunuh diri.

2.Diagnosa Keperawatan
mencederai Resiko Diri berhubungan dengan Depresi

3. Tujuan Khusus
TUK 3 : Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
TUK 4 : Klien dapat meningkatkan harga diri

4. Tindakan Keperawatan
1.klien terlindung dari tindakan mencederai diri

Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan II

1. Fase Orientasi
a.Salam Teraputik
“selamat pagi bapak/ibuk,masih ingat dengan saya.Caba sebutkan nama saya, bagus ternyata bapak/ibu masih ingat”,
b.Evaluasi/Validasi
“Bapak/ibu terlihat segar dan bugar hari ini,bagaimana perasaan hari ini?”
c.Kontrak
“Kemarin kita sudah berbicara mengenai cara yang bapak/ibuk gunakan untuk menghadapi masalah, nah sekarang sesuai dengan janji kita, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan kita mengenai dimana kita bicara nanti bapak/ibu? Bagaimana kalo kita bicara di ruang tamu+ 30 menit

2.fase Kerja
“Sekarang coba mbak sebutkan cara-cara yang bisa bapak/ibuk lakukan selama menghadapi masalah”.
:Baik,apalagi mbak?”
m
2. Fase Terminasi